Showing posts with label HADIST SHAHIH YANG KONTRADIKSI DENGAN ALQURAN dan HUKUM ALAM SEMESTA. Show all posts
Showing posts with label HADIST SHAHIH YANG KONTRADIKSI DENGAN ALQURAN dan HUKUM ALAM SEMESTA. Show all posts

Thursday 19 June 2014

BENARKAH ADA SIKSA ALAM KUBUR ITU...??? ADA APA SETELAH KEMATIAN..??

- 0 komentar

ADAKAH ALAM KUBUR ITU?

PENDAHULUAN
Ada anggapan di masyarakat bahwa orang mati mengalami hidup di alam kubur. dan adapula yang memahami adanya REINKARNASI. (baca ARTIKEL yg berkaitan dng hal ini: MENGGUGAT AJARAN REINKARNASI). mari kita bahas tentang adanya alam kubur/siksa kubur. Di alam itu, mereka yang mati dianggap dapat merasakan seperti manusia yang sedang hidup, misalnya mendengar, merintih, berpikir, atau merasakan kesenangan. Tidak hanya itu, ada juga yang percaya bahwa selama di alam kubur ada siksa kubur. Benarkah semuanya itu?
Yang dialami manusia sesudah hidupnya berakhir adalah sesuatu yang ghaib. Hanya Allah sendiri yang mengetahuinya. Oleh karena itu, satu-satunya cara untuk mendapatkan jawaban itu hanyalah dengan mengaji isi Al Qur’an. Makalah ini ditujukan untuk mengaji ayat-ayat Al Qur’an untuk membahas dugaan keberadaan alam kubur. Al Qur’an terjemahan yang digunakan dalam makalah ini adalah versi Departemen Agama RI dalam freeware Al Qur’an digital versi 2.1. Jika Al Qur’an terjemahan lain digunakan, versinya akan disebutkan.
ALAM KUBUR TIDAK ADA
Frase kata alam kubur tidak ditemukan dalam Al Qur’an terjemahan. Oleh karena itu, pendekatan yang digunakan dalam makalah ini adalah mencari tahu tentang yang dirasakan orang mati. Yang dirasakan orang dalam keadaan mati merupakan petunjuk tentang keberadaan alam kubur.
Argumen 1
Pertama-tama, kita perlu menyimak ayat 3:27 berikut ini!
3:27. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)."
Dalam 3:27 dijelaskan bahwa Allah mengeluarkan yang hidup dari yang mati. Yang hidup adalah manusia sedangkan yang mati adalah bumi. Peristiwa tersebut terjadi pada hari kiamat. Pada saat itu, manusia dibangkitkan untuk hidup kembali dan muncul dari bumi yang mati (23:16).
23:16. Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat.
Dijelaskan pula dalam 3:27 bahwa Allah mengeluarkan yang mati dari yang hidup. Pada saat mengalami kematian, sesuatu yang mati keluar dari tubuh manusia yang tadinya hidup. Peristiwa tersebut terjadi pada saat kematian manusia. Yang mematikan manusia adalah malaikat atas perintah Allah (32:11). Lantas, benda mati apakah yang keluar dari tubuh manusia ketika dalam proses kematian?
32:11. Katakanlah: "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikanmu, kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan."
Penulis menggunakan pendekatan terbalik untuk menjawab pertanyaan tersebut, yaitu dengan mencari tahu tentang yang dimasukkan ke tubuh ketika manusia diciptakan. Pada saat menciptakan manusia pertama (Adam), Allah meniupkan roh ke dalamnya (38:71 dan 38:72).
38:71. (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah."
38:72. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya."
Mengingat bahwa yang dimasukan ke calon manusia adalah roh, yang keluar dari tubuh manusia pada saat kematiannya adalah roh juga. Dengan demikian, roh adalah benda mati. Tentang hakekat roh, hanya Allah sendiri yang tahu (17: 85).
17:85. Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit."
Manusia dapat hidup karena ada penyatuan antara tubuh dan roh. Jika keduanya berpisah, masing-masing akan bersifat mati. Tubuh yang mati tidak akan bisa hidup jika tidak diberi roh oleh Allah.
Anggapan bahwa roh bisa merasuk ke tubuh orang hidup dalam peristiwa kesurupan adalah keliru. Sebagai benda mati, roh tidak bisa masuk sendiri ke tubuh. Agar bisa masuk ke tubuh, harus ada yang memasukkannya, yaitu Allah. Yang bisa masuk sendiri ke tubuh orang hidup adalah jin karena jin bersifat hidup. Jin itu sendiri juga tidak bisa membuat manusia mati menjadi hidup kembali dengan cara memasuki tubuh manusia mati. Sebagai benda mati, roh juga tidak bisa berkomunikasi dengan manusia melalui mimpi.
Oleh karena roh adalah benda mati, roh tidak bisa mendengar, tidak bisa merasakan sakit, tidak bisa merasa sedih atau senang, tidak bisa berpikir, dan tidak bisa merasakan sedang menunggu. Jadi, alam kubur tidak ada.
Argumen 2
Pada roda yang berputar sekali, suatu titik pada roda akan kembali ke titik semula. Hidup ini juga seperti sebuah roda. Manusia mengalami peristiwa hidup yang berulang yaitu hidup dan mati. Oleh karena itu, manusia mempunyai siklus hidup. Siklus hidup manusia tertuang dalam 2:28 berikut ini.
2:28 Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?
Ayat 2:28 menjelaskan bahwa siklus hidup manusia berturut-turut adalah mati, hidup, mati, dan hidup. Sebelum lahir, kita mengalami mati. Sesudah itu, kita hidup di alam seperti yang sedang kita alami sekarang ini. Suatu saat kita akan mati lagi. Kemudian, pada hari kiamat kita akan hidup lagi (23:16). Jika diringkas, manusia mengalami dua kali mati dan dua kali hidup seperti yang tertulis dalam 40:11 berikut ini.
40:11. Mereka menjawab: "Ya Tuhan kami Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?"
Jika kita merenungkan siklus hidup manusia, ada pelajaran yang dapat kita ambil. Sebelum lahir, kita dalam keadaan mati. Jika kita ingin mengetahui yang kita rasakan pada saat kita mati kelak, kita dapat membayangkan perasaan kita sebelum lahir. Apa yang kita rasakan sebelum lahir? Tidak ada perasaan apapun! Ya! Kita tidak bisa mendengar, tidak bisa merasakan sakit, tidak bisa merasakan sedih atau senang, tidak bisa berpikir, dan tidak bisa merasakan sedang menunggu. Kita akan merasakan hal yang sama pada saat kita mati nanti. Dalam Al Quran, yang menjelaskan tentang yang dirasakan pada saat mati adalah bahwa orang yang mati tidak bisa mendengar (27:80).
27:80. Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati mendengar dan (tidak pula) menjadikan orang-orang yang tuli mendengar panggilan, apabila mereka telah berpaling membelakang.
Jadi, orang mati tidak bisa mendengar, tidak bisa merasakan sakit, tidak bisa merasa sedih atau senang, tidak bisa berpikir, dan tidak bisa merasakan sedang menunggu. Oleh sebab itu, alam kubur tidak ada.
BUKTI KETIDAKBERADAAN ALAM KUBUR
Bukti 1
Jika alam kubur tidak ada, orang yang dalam keadaan mati tidak dapat merasakan perubahan waktu. Dalam keadaan mati, orang tidak dapat merasakan sedang menunggu. Konsekuensinya, setelah mengalami kematian, orang akan merasa langsung dihidupkan kembali pada hari kiamat karena manusia mati tidak dapat merasakan sedang menunggu. Dengan kalimat lain, orang tersebut merasa bahwa kejadian kiamat seperti sekejap mata atau lebih cepat. Lebih cepat berarti langsung. Hal ini tertuang dalam 16:77. Selain itu, bagi orang yang mati, kejadian kiamat terjadi secara tiba-tiba (47:18). Maksudnya, setelah mati, orang itu merasa langsung menghadapi hari kiamat.
16:77. Dan kepunyaan Allah-lah segala apa yang tersembunyi di langit dan di bumi. Tidak adalah kejadian kiamat itu, melainkan seperti sekejap mata atau lebih cepat (lagi). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
47:18. Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan hari kiamat (yaitu) kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah datang tanda-tandanya. Maka apakah faedahnya bagi mereka kesadaran mereka itu apabila Kiamat sudah datang?
Penafsiran semacam ini juga sesuai dengan kasus yang dialami orang-orang yang gugur di jalan Allah (2:154). Yang sedang hidup pada waktu itu mengira mereka mati. Padahal, mereka itu hidup. Maksudnya, orang yang gugur itu merasa langsung dihidupkan kembali pada hari kiamat dan dimasukkan ke dalam surga tetapi tidak disadari oleh mereka yang hidup.
2:154. Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.
Meskipun demikian, pembahasan lebih lanjut masih perlu dilakukan. Menurut 16:77, kejadian kiamat seperti sekejap mata atau lebih cepat. Artinya, kiamat terjadi dalam durasi yang sangat pendek. Barangkali, istilah matematikanya adalah delta t mendekati nol. Jika demikian, kejadian kiamat yang manakah itu? Apakah proses kehancuran langit dan bumi ketika sangkakala pertama ditiup (39:68) berlangsung lebih cepat dari kedipan mata? Tentu saja tidak! Proses itu membutuhkan waktu yang lebih lama daripada itu. Oleh karena itu, penafsiran seperti yang diuraikan sebelumnya telah didukung oleh bukti yang kuat.
39:68. Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing).
Jadi, penjelasan di atas membuktikan bahwa alam kubur tidak ada. Selain itu, hal yang menarik yang terungkap adalah bahwa orang yang masih hidup mengira orang yang sudah mati harus menunggu sampai hari kiamat untuk dihidupkan kembali, tetapi orang yang mati akan merasa langsung dihidupkan kembali.
Bukti 2
Bukti lain bahwa alam kubur tidak ada adalah kesaksian orang mati setelah dihidupkan kembali. Ayat-ayat Al Qur’an yang menjelaskan hal tersebut adalah 36:48 sampai 36:52.
36:48. Dan mereka berkata: "Bilakah (terjadinya) janji ini (hari berbangkit) jika kamu adalah orang-orang yang benar?."
36:49. Mereka tidak menunggu melainkan satu teriakan saja yang akan membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar.
36:50. lalu mereka tidak kuasa membuat suatu wasiatpun dan tidak (pula) dapat kembali kepada keluarganya.
36;51. Dan ditiuplah sangkalala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka.
36:52. Mereka berkata: "Aduhai celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat-tidur kami (kubur)?." Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul- rasul(Nya).
Ayat-ayat di atas menceritakan peristiwa yang dialami orang-orang yang mendustakan hari kiamat. Perlu kita ketahui bahwa orang yang mendustakan hari kiamat akan dimasukkan ke dalam neraka (25:11). Jadi, yang dimaksudkan dengan mereka dalam 36:48 sampai 36:52 adalah orang-orang yang akan dimasukkan ke dalam neraka.
25:11. Bahkan mereka mendustakan hari kiamat. Dan kami menyediakan neraka yang menyala-nyala bagi siapa yang mendustakan hari kiamat.
Ketika dihidupkan kembali pada hari kiamat, mereka merasa takut dengan mengucapkan "Aduhai celakalah kami!”. Maksudnya, orang-orang itu mengakui bahwa hari kiamat yang dijanjikan Allah dan para Rasul-Nya ternyata adalah benar. Dan, setelah dihidupkan kembali, mereka takut akan menghadapi siksaan. Itulah yang menyebabkan mereka mengucapkan seperti itu.
Lalu, apa hubungannya dengan pembuktian ketidakberadaan alam kubur? Ada anggapan bahwa orang berdosa mengalami siksaan di alam kubur. Jika siksa kubur ada, alam kubur ada. Sebaliknya, jika siksa kubur tidak ada, alam kubur tidak ada. Dasar pemikirannya seperti itu.
Dengan dasar pemikiran seperti itu, orang-orang berdosa yang dihidupkan kembali dalam ayat 36:52 tersebut seharusnya mengalami siksa kubur. Akan tetapi, seperti dijelaskan dalam 36:52, yang terjadi adalah bahwa mereka tidak mengeluh selama dalam keadaan mati. Mereka justru mengeluh karena dihidupkan kembali. Mereka seperti orang yang tidak mengalami siksaan ketika dalam keadaan mati. Itu tercermin dari ungkapan “Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat-tidur kami?." Artinya, orang-orang tersebut tidak merasa disiksa ketika mati tetapi merasa seperti orang tidur. Dengan demikian, siksa kubur tidak ada. Oleh karena itu, sekali lagi, ini membuktikan bahwa alam kubur tidak ada.
Bukti 3
Jika alam kubur ada, orang seharusnya dapat menghitung waktu selama mereka tinggal di alam kubur. Alasannya, dalam alam kubur itu, orang dianggap seperti hidup di alam lain. Ketika dihidupkan kembali, seharusnya orang yang pernah hidup di alam kubur dapat menyebutkan durasi ketika berada di alam kubur. Benarkah demikian?
Ketika orang-orang mati dihidupkan lagi, mereka merasa pernah tinggal di bumi hanya sehari atau setengah hari saja. Jadi, mereka merasa tinggal di bumi hanya sebentar saja. Hal tersebut dijelaskan dalam ayat 23:111 sampai 23:114.
23:111. Sesungguhnya Aku memberi balasan kepada mereka di hari ini, karena kesabaran mereka; sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang menang."
23:112. Allah bertanya: "Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?"
23:113. Mereka menjawab: "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung."
23:114. Allah berfirman: "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui"
Dalam ayat-ayat di atas, orang yang dihidupkan kembali merasa ragu-ragu bahwa mereka merasa tinggal di bumi selama sehari atau setengah hari saja. Kemudian, Allah memberi tahu kepada mereka bahwa yang dirasakan mereka adalah benar bahwa mereka memang tinggal di bumi hanya sebentar saja.
Yang dimaksud dengan tinggal di bumi dalam 23:112 adalah berada di bumi selama dalam keadaan mati. Hal ini dapat diterangkan dengan kisah orang yang dimatikan Allah selama 100 tahun dan kemudian dihidupkan kembali (2:259). Orang itu merasa tinggal di bumi selama sehari atau setengah hari saja tetapi Allah menjelaskan kepada orang itu bahwa ia tinggal di bumi selama 100 tahun. Seratus tahun adalah durasi yang dialami orang itu ketika dalam keadaan dimatikan Allah.
2:259. Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?" Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: "Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?" Ia menjawab: "Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari." Allah berfirman: "Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi beubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging." Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: "Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."
Orang yang ditidurkan Allah selama 309 tahun dan kemudian dihidupkan kembali juga merasakan seperti yang dirasakan orang yang dimatikan Allah dan kemudian dihidupkan kembali, yaitu merasa tinggal di bumi selama sehari atau setengah hari saja (18:18; 18:19; dan 18:25). Dengan kalimat lain, orang yang dihidupkan kembali akan merasa seperti orang yang bangun dari tidur. Artinya, orang yang dihidupkan kembali pada hari kiamat akan merasa seperti bangun dari tidur selama sehari atau setengah hari saja.
18:25. Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).
18:18. Dan kamu mengira mereka itu bangun, padahal mereka tidur; Dan kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan diri dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi oleh ketakutan terhadap mereka.
18:19. Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: Sudah berapa lamakah kamu berada (disini?)." Mereka menjawab: "Kita berada (disini) sehari atau setengah hari." Berkata (yang lain lagi): "Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun.
Yang ingin ditunjukkan dalam penjelasan di atas adalah bahwa yang dirasakan oleh setiap orang yang dihidupkan kembali adalah sama, yaitu seperti bangun dari tidur selama sehari atau setengah hari saja, tidak tergantung pada durasi dalam keadaan mati. Orang yang dalam kedaan mati selama sejuta tahun dan orang yang dalam keadaan mati selama sejam akan merasakan seperti bangun tidur selama sehari atau setengah hari saja ketika mereka dihidupkan kembali. Ini membuktikan bahwa manusia tidak dapat menghitung waktu pada saat dalam keadaan mati. Artinya, alam kubur terbukti tidak ada.
PENAFSIRAN AYAT YANG KELIRU
Ada paham yang mempercayai keberadaan siksa kubur. Menurut penganutnya, setelah mati, orang berdosa akan menghadapi siksa kubur. Paham tersebut mempengaruhi hasil penafsiran sebagian penerjemah Al Qur’an.
Ayat 40:16
Paham yang mempercayai keberadaan siksa kubur rupanya mempengaruhi penerjemah versi Dep. Agama RI. Hal itu tercermin pada penafsiran ayat 40:46 bahwa Fir’aun dan pengikutnya melihat neraka sejak mati hingga hari kiamat, seperti yang tertulis dalam catatan kaki Al Qur’an terjemahan versi Dep. Agama RI berikut ini.
40:46. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang[1324], dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): "Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras."
[1324]. Maksudnya: dinampakkan kepada mereka neraka pagi dan petang sebelum hari berbangkit.
Cara memasukkan pandangan keberadaan siksa kubur tersebut adalah dengan merubah tanda baca titik menjadi koma sesudah kata petang. Dengan cara itu, akan timbul kesan bahwa seolah-olah mereka dinampakkan kepada neraka pada pagi dan petang sebanyak dua kali, yaitu selama dalam keadaan mati dan pada hari kiamat.
Akan tetapi, terjemahan ayat 40:46 versi lain berikut ini tidak menimbulkan interpretasi seperti itu, karena sesudah kata petang tidak diikuti oleh tanda baca koma, tetapi oleh titik atau titik dua.
40:46. The Fire; they are exposed to it morning and evening. And the Day the Hour will be established (it will be said), “Make the people of Firaun enter the severest punishment.” (Neraka, mereka dihadapkan ke neraka pagi dan petang. Dan pada Hari Kiamat akan diputuskan (akan dikatakan), “Masukkanlah Fir’aun dan pengikutnya ke hukuman yang paling menyiksa.”) (versi Dr. Shehnaz Shaikh dan Ms. Kausar Khatri)
040.046 In front of the Fire will they be brought, morning and evening: And (the sentence will be) on the Day that Judgment will be established: "Cast ye the People of Pharaoh into the severest Penalty!" (Di depan neraka mereka akan dibawa, pagi dan petang: Dan (hukuman akan) pada Hari Kiamat akan diputuskan “Masukkanlah Fir’an dan pengikutnya ke Hukuman paling menyiksa!”) (versi Abdullah Yusuf Ali)
Ayat 6:93
Penerjemahan yang dipengaruhi pandangan eksistensi siksa kubur juga tercermin dalam terjemahan 6:93.
6:93. Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: "Telah diwahyukan kepada saya", padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata: "Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah." Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu" Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya.
Jika membaca bagian terjemahan yang bergarisbawah, kita akan mempunyai persepsi bahwa para malaikat memukul orang yang akan mati sehingga nyawanya keluar. Begitu nyawanya keluar, orang berdosa akan langsung dibalas dengan siksaan. Akan tetapi, jika kita memperhatikan terjemahan versi Dr. Shehnaz Shaikh dan Ms. Kausar Khatri, kita akan mempunyai persepsi yang berbeda.
6:93. And who is more unjust than one who invents a lie about Allah or says, “It has been inspired to me,” while nothing has been inspired to him, and one who says, “I will reveal like what Allah has revealed.” And if you could see when the wrongdoers are in the agonies of death while the Angels are stretching their hands (saying), “Discharge your souls! Today you will be recompensed with a humiliating punishment because you used to say against Allah other than the truth and you were being arrogant towards His Verses.” (Dan siapakah yang lebih tidak adil dari orang yang menciptakan kebohongan tentang Allah atau mengatakan, “Ini telah diberitahukan kepadaku.” Padahal tidak ada yang diberitahukan kepadanya, dan orang yang mengatakan, “Saya akan mewahyukan seperti yang Allah telah mewahyukan.” Dan andaikan kamu dapat melihat ketika orang-orang yang bersalah dalam penderitaan kematiannya sementara para Malaikat sedang membentangkan tangan-tangannya (mengatakan), “Lepaskanlah nyawa-nyawamu! Hari ini kalian akan dibalas dengan hukuman yang memalukan karena kalian dahulu mengatakan terhadap Allah selain dari kebenaran dan kalian bersikap sombong terhadap Ayat-ayat-Nya.) (versi Dr. Shehnaz Shaikh dan Ms. Kausar Khatri)
Berdasarkan terjemahan 6:93 versi Dr. Shehnaz Shaikh dan Ms. Kausar Khatri, para malaikat tidak memukul orang-orang yang akan mati tetapi membentangkan tangannya dan memerintahkan agar nyawa orang-orang dilepaskan. Dalam hal ini, para malaikat tidak sedang mencabut nyawa tetapi memerintahkan kepada nyawa orang agar dilepaskan. Meskipun demikian, masih ada yang aneh dengan penafsiran seperti ini. Mengapa nyawa diperintahkan agar dilepaskan? Mengapa malaikat tidak mencabutnya? Selain itu, perintah para malaikat itu ditujukan kepada banyak penerima perintah. Jadi, yang diceritakan dalam ayat tersebut adalah peristiwa yang melibatkan banyak pihak, yaitu para malaikat dan orang-orang yang bersalah. Penafsiran tentang perintah pelepasan nyawa dalam ayat tersebut masih meragukan.
Penulis masih merasa perlu membandingkan dengan terjemahan versi lainnya, yaitu Muhamed dan Samira Ahmed. Menurut mereka, bagian yang bersesuaian dengan Lepaskanlah nyawa-nyawamu! diterjemahkan dengan get your selves out yang dalam bahasa Indonesia berarti keluarlah diri kalian sendiri. Artinya, yang keluar adalah manusia yang hidup. Penafsiran yang seperti ini masuk akal karena pada hari kiamat, manusia dikeluarkan dari bumi (50:44). Selain itu, sudah dijelaskan sebelumnya dalam makalah ini bahwa Allah mengeluarkan yang hidup (yaitu manusia) dari yang mati (yaitu bumi).
6:93 And who (is) more unjust/oppressive than who fabricated on God lies/falsifications, or he said: "Was inspired/transmitted to me." And was not inspired/transmitted to him a thing, and who said: "I will descend equal/alike (to) what God descended". And if you see/understand when the unjust/oppressors (are) in the death's/lifelessness' intensities/intoxications, and the angels (are) spreading/extending their hands: "Get your selves out, today you are being rewarded/reimbursed the humiliation's/disgrace's torture because (of) what you were saying on (about) God other than the truth, and you were from His verses/evidences/signs being arrogant. (versi Muhamed dan Samira Ahmed)
50:44. (Yaitu) pada hari bumi terbelah-belah menampakkan mereka (lalu mereka ke luar) dengan cepat. Yang demikian itu adalah pengumpulan yang mudah bagi Kami.
Benarkah terjemahan yang benar adalah keluarlah diri kalian sendiri?. Untuk menjawabnya, penulis menampilkan transliterasi ayat 6:93.
006.093 Waman a{th}lamu mimmani iftar[a] AAal[a] All[a]hi ka[th]iban aw q[a]la oo[h]iya ilayya walam yoo[h]a ilayhi shay-on waman q[a]la saonzilu mithla m[a] anzala All[a]hu walaw tar[a] i[th]i a(l){thth}[a]limoona fee ghamar[a]ti almawti wa(a)lmal[a]-ikatu b[a]si[t]oo aydeehim akhrijoo anfusakumu alyawma tujzawna AAa[tha]ba alhooni bim[a] kuntum taqooloona AAal[a] All[a]hi ghayra al[h]aqqi wakuntum AAan [a]y[a]tihi tastakbiroon(a) (Text Copied from DivineIslam's Qur'an Viewer software v2.913)
Ternyata, kata yang diterjemahkan menjadi nyawa-nyawamu atau diri kalian sendiri adalah anfusakum (dalam transliterasinya diberi garis bawah). Ada baiknya, sekarang kita memusatkan perhatian pada kata anfusakum. Dalam ayat terjemahan yang lain versi Abdullah Yusuf Ali, anfusakum diterjemahkan menjadi your own selves (diri kalian sendiri) sedangkan dalam versi Dep. Agama RI diterjemahkan menjadi dirimu sendiri (bentuk jamak tidak ditonjolkan). Contoh penerjemahan anfusakum menjadi yourselves (diri kalian sendiri) adalah seperti berikut ini.
040.010 Inna alla[th]eena kafaroo yun[a]dawna lamaqtu All[a]hi akbaru min maqtikum anfusakum i[th] tudAAawna il[a] al-eem[a]ni fatakfuroon(a) (Text Copied from DivineIslam's Qur'an Viewer software v2.913)
040.010 The Unbelievers will be addressed: "Greater was the aversion of Allah to you than (is) your aversion to yourselves, seeing that ye were called to the Faith and ye used to refuse." (versi Abdullah Yusuf Ali)
40:10. Indeed, those who disbelieve will be addressed, “Certainly Allah’s hatred (for you) was greater than your hatred of yourselves, when you were called to the faith, and you disbelieved.” (Dr. Shehnaz Shaikh dan Ms. Kausar Khatri)
40:10. Sesungguhnya orang-orang yang kafir diserukan kepada mereka (pada hari kiamat): "Sesungguhnya kebencian Allah (kepadamu) lebih besar daripada kebencianmu kepada dirimu sendiri karena kamu diseru untuk beriman lalu kamu kafir." (versi Dep. Agama RI)
Yourselves (diri kalian sendiri) kadang-kadang merupakan terjemahan dari anfusikum, bukan anfusakum. Contohnya adalah seperti berikut ini.
051.021 Wafee anfusikum afal[a] tub[s]iroon(a) (Text Copied from DivineIslam's Qur'an Viewer software v2.913)
051.021 As also in your own selves: Will ye not then see? (versi Abdullah Yusuf Ali)
51:21. dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? (versi Dep. Agama RI)
51:21. And in yourselves. Then will you not see? (Dr. Shehnaz Shaikh dan Ms. Kausar Khatri)
Penulis yang buta bahasa Arab memandang bahwa anfusakum dan anfusikum berarti sama, yaitu diri kalian sendiri. Menurut logika orang yang buta bahasa Arab seperti penulis ini, kedua kata itu sangat mirip. Oleh karena itu, penerjemahan anfusakum dalam 6:93 menjadi diri kalian sendiri adalah benar.
Ayat 6:93 terjemahan versi Dr. Shehnaz Shaikh dan Ms. Kausar Khatri yang telah dimofifikasi akan menjadi sbb.
6:93 Dan siapakah yang lebih tidak adil dari orang yang menciptakan kebohongan tentang Allah atau mengatakan, “Ini telah diberitahukan kepadaku.” Padahal tidak ada yang diberitahukan kepadanya, dan orang yang mengatakan, “Saya akan mewahyukan seperti yang Allah telah mewahyukan.” Dan andaikan kamu dapat melihat ketika orang –orang yang bersalah dalam penderitaan kematiannya sementara para Malaikat sedang membentangkan tangan-tangannya (mengatakan), “Keluarlah diri kalian sendiri! Hari ini kamu akan dibalas dengan hukuman yang memalukan karena kamu dahulu mengatakan terhadap Allah selain dari kebenaran dan kamu bersikap sombong terhadap Ayat-ayat-Nya.”
Ayat tersebut menjelaskan peristiwa yang dialami orang-orang yang bersalah ketika dihidupkan kembali pada hari kiamat. Pada hari kiamat, para malaikat membentangkan tangan-tangannya sambil memerintahkan manusia keluar dari bumi sebelum orang yang bersalah diberi siksaan. Jadi, ayat 6:93 tidak membenarkan keberadaan alam kubur.
Ayat 9:101
Selain itu, ada yang menggunakan ayat 9:101 untuk mendukung pandangan keberadaan alam kubur. Disebutkan dalam ayat tersebut bahwa ada dua kali penyiksaan terhadap orang-orang munafik pada jaman Nabi Muhammad sebelum mereka mengalami penyiksaan di neraka (azab yang besar). Tidak ada penjelasan tentang yang dimaksud dengan Kami siksa dua kali. Penafsiran bahwa siksa dua kali tersebut sebagai siksa dunia dan siksa kubur merupakan dugaan tanpa dasar. Selain itu, dalam 9:74 (surat yang sama yaitu surat 9) disebutkan bahwa orang-orang munafik akan diazab di dunia dan akhirat. Artinya, siksa tersebut adalah siksa di dunia.
9:101. Di antara orang-orang Arab Badwi yang di sekelilingmu itu, ada orang-orang munafik; dan (juga) di antara penduduk Madinah. Mereka keterlaluan dalam kemunafikannya. Kamu (Muhammad) tidak mengetahui mereka, (tetapi) Kamilah yang mengetahui mereka. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar.
9:74. Mereka (orang-orang munafik itu) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir sesudah Islam dan mengingini apa yang mereka tidak dapat mencapainya, dan mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya), kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. Maka jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat; dan mereka sekali-kali tidaklah mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di muka bumi.
Jika penyiksaan dua kali tersebut ditafsirkan sebagai siksaan di dunia, itu ada dasarnya karena siksa dunia memang ada. Bentuk penyiksaan beberapa kali di dunia diterima Fir’aun dan para pengikutnya, yaitu berupa bencana yang berbentuk musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan (7:130) serta bencana dalam bentuk taufan, belalang, kutu, katak, dan darah (7:133). Selanjutnya, mereka memohon kepada Allah melalui Nabi Musa agar siksaan di dunia itu dihentikan (7:134). Oleh karena itu, yang dimaksudkan dengan penyiksaan dua kali sebelum penyiksaan di neraka dalam 9:101 adalah penyiksaan di dunia.
7:130. Dan sesungguhnya Kami telah menghukum (Fir'aun dan) kaumnya dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran.
7:133. Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa.
7:134. Dan ketika mereka ditimpa azab (yang telah diterangkan itu) merekapun berkata: "Hai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhamnu dengan (perantaraan) kenabian yang diketahui Allah ada pada sisimu. Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan azab itu dan pada kami, pasti kami akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu."
BARZAKH
Orang yang hidup dikendalikan oleh sistem syaraf yang berpusat di otak. Pada saat menjelang kematian, orang tidak bisa menggerakkan tubuhnya. Orang yang hidup mengatakannya sebagai dalam keadaan tidak sadar. Meskipun demikian, otaknya masih berfungsi sehingga orang tersebut mungkin merasakan berada di alam mimpi. Walaupun sudah dinyatakan mati oleh dokter, dapat saja otaknya masih berfungsi. Inilah yang mungkin menyebabkan fenomena mati suri. Ketika orang itu benar-benar mati, otaknya tidak berfungsi sehingga memorinya diakhiri oleh keadaan terakhir yang dapat disimpan dalam sistem memori. Sesudah itu, memorinya akan disimpan Allah di suatu tempat. Barangkali, tempat itu adalah yang dimaksud dengan tempat simpanan dalam ayat 6:98. Hingga hari kiamat, memorinya tidak berubah bersama waktu sehingga orang itu dikatakan seperti sedang menghadap dinding atau pembatas, yaitu dinding yang membatasi antara memori ketika sebelum mati dan memori ketika dihidupkan kembali nanti. Ketika dihidupkan kembali, dinding itu hilang dan memori yang disimpan sampai saat kematian akan disambung dengan memori yang baru setelah dihidupkan kembali. Akibatnya, orang mati akan langsung merasakan hari kebangkitan terjadi (16:77). Menurut penulis, dinding tersebut adalah yang diceritakan dalam 23:100.
6:98. Dan Dialah yang menciptakan kamu dari seorang diri, maka (bagimu) ada tempat tetap dan tempat simpanan. Sesungguhnya telah Kami jelaskan tanda-tanda kebesaran Kami kepada orang-orang yang mengetahui.
23:100. agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.
Dinding merupakan terjemahan dari kata barzakhun, seperti terlihat dalam transliterasi versi Qur'an Viewer software v2.913 berikut ini. Selanjutnya, barzakhun ditulis menjadi barzakh.
023.100 LaAAallee aAAmalu [sa]li[h]an feem[a] taraktu kall[a] innah[a] kalimatun huwa q[a]-iluh[a] wamin war[a]-ihim barzakhun il[a] yawmi yubAAathoon(a) (Text Copied from DivineIslam's Qur'an Viewer software v2.913)
Ada orang yang manambahkan kata alam pada barzakh sehingga menjadi alam barzakh. Oleh mereka, alam barzakh dianggap sebagai alam kubur. Padahal, alam dinding atau alam pembatas tidak ada. Memang, alam barzakh tidak ada dalam Al Qur’an.
PENUTUP
Alam kubur atau siksa kubur tidak ada. Dalam keadaan mati, manusia tidak bisa mendengar, tidak bisa merasakan sakit, tidak bisa merasa sedih atau senang, tidak bisa berpikir, dan tidak bisa merasakan sedang menunggu.
[Continue reading...]

MAKNA TAAT KEPADA RASUL

- 0 komentar

MAKNA TAAT KEPADA RASUL

PENDAHULUAN
Allah berfirman dalam Al Qur’an (5:92) :

5:92. Dan taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul-(Nya) dan berhati-hatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kewajiban Rasul Kami, hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.

Kita semua sudah memahami bahwa manusia wajib taat kepada Allah karena Allah adalah Tuhan yang wajib disembah dan Tuhan yang menciptakan, memiliki, serta menguasai semua yang ada di seluruh alam semesta. Lantas, bagaimana dengan taat kepada Rasul Allah? Makalah ini hendak membahas permasalahan tersebut. Terjemahan Al Qur’an yang digunakan dalam makalah ini adalah terjemahan Departemen Agama RI dalam freeware Al Qur’an Digital versi 2. 1.

KEDUDUKAN DAN TUGAS MUHAMMAD
Kedudukan Muhammad tertulis dalam Al Qur’an :

33:40. Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Muhammad adalah seorang Rasul (Utusan) Allah dan seorang Nabi. Sebagai Rasul Allah, beliau diutus oleh Allah untuk menjadi seorang saksi, pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira (48:8).

48:8. Sesungguhnya Kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan,

Selain menjadi Rasul Allah, Muhammad adalah seorang Nabi. Lantas, apakah tugas seorang Nabi? Jawabannya ada dalam Al Qur’an (33:45).

33:45. Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan,

Ternyata tugas Rasul Allah dan Nabi adalah sama yaitu sebagai saksi, pembawa berita gembira, dan pemberi peringatan. Terlihat jelas di sini bahwa Rasul Allah dan Nabi merupakan dua sebutan untuk satu orang yang sama. Rasul Allah merupakan sebutan yang menjelaskan kedudukannya di sisi Allah yaitu sebagai seorang utusan Allah sedangkan Nabi merupakan sebutan atau panggilan untuk manusia yang menjadi Rasul Allah. Allah memanggil Muhammad dengan sebutan ”Nabi” (8:64) atau ”Rasul” (5:67).

8:64. Hai Nabi, cukuplah Allah (menjadi Pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu.

5:67. Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.

DENGAN APA RASUL MEMBERI PERINGATAN?
Nabi Muhammad memberi peringatan kepada manusia dengan wahyu (21:45).

21:45. Katakanlah (hai Muhammad): "Sesungguhnya aku hanya memberi peringatan kepada kamu sekalian dengan wahyu dan tiadalah orang-orang yang tuli mendengar seruan, apabila mereka diberi peringatan"

Oleh karena yang digunakan dalam memberi peringatan adalah wahyu (21:45), taat kepada Rasul Allah adalah sama dengan taat kepada Allah (4:80). Artinya, Rasul Allah mempunyai ajaran yang sama persis dengan ajaran Allah. Hal ini ditegaskan dalam ayat 4:80 bahwa cara mewujudkan ketaatan kepada Allah adalah dengan cara taat kepada Rasul Allah. Konsekuensinya, cara mewujudkan ketaatan kepada Rasul Allah adalah dengan beriman kepada wahyu yang diturunkan kepada Rasul Allah. Selain itu, ayat 4:80 menunjukkan bahwa Rasul Allah tidak berhak membuat perintah dan larangan sendiri kepada manusia.

4:80. Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.

Nabi Muhammad tidak pernah menambah, mengurangi, atau mengganti wahyu yang digunakan untuk memberi peringatan (10:15).

10:15. Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata: "Datangkanlah Al Qur’an yang lain dari ini atau gantilah dia." Katakanlah: "Tidaklah patut bagiku menggantinya dari pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikut kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar (kiamat)."

Nabi tidak menciptakan ajaran agama berdasarkan hasil pemikiran sendiri. Nabi diperintahkan untuk hanya mengikuti semua yang diwahyukan kepadanya (33:2 dan 10:109). Jika Nabi mengikuti selain wahyu yang diterimanya beliau akan mendapat azab yang besar (10:15). Orang yang menganggap bahwa Nabi Muhammad memberikan ajaran yang tidak ada dalam Al Qur’an secara tidak disadari telah menganggap Nabi sebagai tuhan selain Allah. Oleh karena itu, ajaran Nabi Muhammad adalah Al Qur’an itu sendiri dan tidak ada yang selainnya.

33:2. dan ikutilah apa yang diwahyukan Tuhan kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

10:109. Dan ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu, dan bersabarlah hingga Allah memberi keputusan dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya.

Wahyu yang digunakan untuk memperingatkan tersebut disampaikan kepada orang lain dalam bentuk Al Qur’an berbahasa Arab (42:7). Pada jaman Nabi, Al Qur’an disampaikan secara bertahap dan belum ditulis dalam bentuk buku. Pada jaman sekarang, Al Qur’an tersebut dapat kita baca dalam bentuk buku atau dalam bentuk tayangan di layar monitor komputer. Ayat 42:7 menegaskan bahwa semua wahyu yang diterima Nabi Muhammad untuk memberi peringatan terdapat dalam Al Qur’an. Nabi menuliskan wahyu yang diterimanya hanya dalam satu kitab saja yakni Al Qur’an.

42:7. Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Qur’an dalam bahasa Arab, supaya kamu memberi peringatan kepada ummul Qura (penduduk Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada keraguan padanya. Segolongan masuk surga, dan segolongan masuk Jahannam.

Sampai di sini dapat disarikan bahwa Nabi Muhammad mendapat tugas yang sangat jelas dari Allah yaitu menjadi saksi, pembawa berita gembira, dan pemberi peringatan. Tugasnya hanya itu. Dalam menjalankan tugasnya beliau hanya mengikuti wahyu yang diterimanya berupa Al Qur’an berbahasa Arab sehingga yang disampaikan oleh Nabi Muhammad dalam memberi peringatan pada waktu itu persis sama dengan Al Qur’an yang dapat kita baca sekarang ini.

TAAT KEPADA RASUL ALLAH
Perintah agar taat kepada Rasul Allah tidak berarti bahwa Allah memberi ijin kusus kepada Rasul Allah untuk memberikan perintah dalam agama. Yang berhak memberikan perintah dalam agama hanya Allah saja (7:54).

7:54. Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.

Taat kepada Rasul Allah berarti bahwa kita wajib taat kepada Muhammad sebagai manusia yang ditunjuk-Nya sebagai Utusan Allah. Pertama, sebagai Rasul Allah, Muhammad adalah seorang pemimpin umat sehingga yang dipimpinnya wajib taat kepada beliau. Ketaatan manusia kepada Muhammad adalah seperti ketaatan manusia kepada manusia yang lain karena Muhammad adalah manusia biasa (41:6). Setelah wafat, tentu saja beliau tidak bisa memimpin lagi.

41:6. Katakanlah: "Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepadaNya dan mohonlah ampun kepadaNya. Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya,

Kedua, taat kepada Rasul Allah bermakna bahwa dalam beragama kita diperintahkan agar hanya mengikuti ajaran yang dibawa manusia yang ditunjuk Allah menjadi Rasul. Sudah diuraikan di depan bahwa ajaran Rasul Allah adalah sama dengan ajaran Allah. Ajaran Allah yang diberikan kepada Nabi Muhammad tertulis dalam Al Qur’an. Dengan kata-kata lain, taat kepada Rasul Allah bermakna bahwa kita hanya diperintahkan agar menjalankan ajaran Allah dalam Al Qur’an yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Jadi, ketaatan kepada Rasul Allah diwujudkan dengan cara beriman kepada Al Qur’an saja.

Dalam Al Qur’an ayat 2:4 ditegaskan bahwa kitab yang diperintahkan untuk diimani adalah Al Qur’an dan kitab yang diturunkan sebelum Al Qur’an. Kita tidak diperintahkan percaya kepada kitab selain yang dibawa Rasul Allah.

2:4. dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.

Selain itu, ditegaskan pula bahwa dalam pengadilan pada kasus yang terjadi antar manusia, Allah memerintahkan agar manusia menggunakan Al Qur’an sebagai satu-satunya pedoman (4:105). Kasus tersebut tentu saja mencakup perbedaan dalam kehidupan beragama. Kitab selain Al Qur’an tidak dapat digunakan untuk menyatakan sesuatu benar atau salah.

4:105. Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat,

KITAB YANG DIBAWA SELAIN RASUL ALLAH
Kehidupan Nabi merupakan hal yang menarik bagi banyak orang. Keinginan untuk menulis kitab tentang kehidupan Nabi Muhammad adalah wajar karena beliau adalah Rasul Allah. Orang telah berusaha mengungkap kehidupan Nabi dengan cara menulis kitab yang ditulis dengan metode pendekatan-pendekatan tertentu. Kitab berisi tentang perkataan dan perbuatan Nabi Muhammad disebut dengan kitab hadis. Kitab hadis ditulis oleh para penulis hadis sesudah Nabi Muhammad meninggal dan digunakan oleh sebagian besar umat islam sebagai pedoman dalam beragama.

Akan tetapi, kita hanya diperintahkan agar taat kepada Rasul Allah. Rasul Allah berupa manusia adalah Nabi Muhammad. Nabi Muhammad hanya membawa satu kitab saja yaitu Al Qur’an. Kalau kita benar-benar taat kepada Rasul Allah, kita harus hanya percaya pada yang disampaikan Rasul Allah, yaitu Al Qur’an.

Orang sering lupa bahwa percaya pada kitab hadis berarti percaya kepada penulis kitab hadis. Semua isi kitab hadis adalah tanggungjawab penulisnya dan bukan tanggungjawab Nabi Muhammad. Perlu diingat bahwa Nabi Muhammad tidak pernah membaca dan meng-edit kitab hadis. Kitab hadis sama saja dengan buku-buku tulisan manusia yang tidak bisa lepas dari kesalahan.

Percaya kepada kitab hadis berarti beriman kepada penulis kitab hadis. Padahal, penulis kitab hadis adalah bukan Rasul Allah. Di lain pihak, manusia hanya diperintahkan agar hanya beriman kepada manusia yang ditunjuk Allah menjadi Rasul-Nya. Manusia hanya diperintahkan agar taat kepada Rasul-Nya. Oleh karena itu, beriman kepada kitab hadis adalah tindakan yang tidak mematuhi perintah Allah. Yang benar adalah kita wajib beriman kepada Rasul Allah dan kitab yang dibawanya (64:8). Dengan kata lain, kita percaya pada isi Al Qur’an karena kita percaya pada Nabi Muhammad.

64:8. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada cahaya (Al-Qur’an) yang telah Kami turunkan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Salah satu contoh kesalahan yang dilakukan penulis hadis adalah dalam kasus tentang bacaan ”Bismillaahir-rahmaanir-rahiim.” dalam surat Al Fatihah. Disebutkan dalam sebuah artikel di tabloid Khalifah Edisi 59/Th III/2007/12-25 April bahwa ada 3 hadis yang bermakna bahwa Nabi Muhammad membaca Al Fatihah tanpa bacaan basmalah. Hadis tersebut yaitu dari Aisyah r. a. (riwayat Muslim), dari Anas r. a (riwayat Bukhari dan Muslim), dan dari Abu Hurairah r. a. (Hadis Qudsi dalam Kitab Syarhun Nawawi, Shahih Muslim, juz 3, hal. 12). Berdasarkan ketiga hadis tersebut, disebutkan dalam artikel tersebut bahwa ”Bismillaahir-rahmaanir-rahiim.” bukan bagian dari Al Fatihah.

Isi hadis tersebut bertentangan dengan Al Qur’an karena tertulis dengan jelas dalam Al Qur’an bahwa ayat pertama surat Al Fatihah adalah ”Bismillaahir-rahmaanir-rahiim.”. Apakah para penulis hadis di atas ingin menunjukkan bahwa Nabi Muhammad meralat Al Qur’an? Apakah para penulis hadis di atas ingin menunjukkan bahwa Al Qur’an merupakan kitab yang meragukan? Apakah mereka tidak tahu bahwa Allah yang menciptakan Al Qur’an dengan tegas mengatakan bahwa tidak ada keraguaan dalam Al Qur’an (2:2)?

2:2. Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa,

Coba kita renungkan sebentar! Al Qur’an yang dibawa Nabi Muhammad berisi Al Fatihah dengan ”Bismillaahir-rahmaanir-rahiim.” sedangkan kitab hadis yang ditulis penulis hadis berisi Al Fatihah tanpa ”Bismillaahir-rahmaanir-rahiim.”. Mana yang harus dipilih? Jelas, kita harus memilih Al Fatihah yang ada di Al Qur’an yang dibawa Nabi Muhammad, Rasul Allah yang wajib ditaati. Dan kita wajib mengatakan bahwa Al Fatihah versi penulis kitab hadis adalah salah. Bahkan, kita juga berdosa jika mengatakan keduanya benar karena sikap ini termasuk sikap meragukan Al Qur’an.

Kitab hadis berisi hasil penelitian yang dilakukan dengan metode tertentu. Seperti hasil penelitian yang lain, hasilnya dinyatakan benar jika asumsi yang digunakan dalam penelitian tersebut dipenuhi. Dengan demikian, hasilnya dapat benar dan dapat pula salah. Yang demikian ini akan menumbuhkan sikap untuk berpersangkaan, misalnya persangkaan bahwa asumsinya benar. Namun, dalam beragama, Allah melarang penggunaan persangkaan meskipun orang yang menggunakannya bisa jadi jumlahnya banyak karena dapat menyesatkan manusia dari jalan Allah (6:116; 10:36).

6:116. Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).

10:36. Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan

Dalam 10:36 ditegaskan bahwa persangkaan tidak berguna sedikitpun untuk mencapai kebenaran. Jadi, kitab hadis juga tidak berguna untuk mendapatkan kebenaran tentang ajaran-ajaran Allah.

Sesungguhnya, dengan percaya kepada kitab hadis, orang secara tidak langsung menuduh bahwa Nabi Muhammad tidak menyampaikan amanah. Seandainya memang yang ada dalam kitab hadis merupakan ajaran agama, mengapa Nabi Muhammad tidak menulisnya? Mengapa orang harus bersusah-payah mencari ajaran agama dengan cara melakukan penelitian? Tentu saja, Nabi Muhammad menyampaikan amanah. Nabi tidak memerintahkan orang lain untuk menuliskan perkataan dan perbuatannya karena memang beliau diperintahkan oleh Allah untuk memberi peringatan hanya dengan wahyu. Dan wahyu itu adalah Al Qur’an yang dapat dibaca orang sampai sekarang ini. Ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad menyampaikan amanah.

Bagaimana dengan Al Qur’an terjemahan? Kita juga harus berhati-hati dengan Al Qur’an terjemahan. Penerjemah Al Qur’an adalah bukan Rasul Allah sehingga kita tidak boleh beriman kepada penerjemah Al Qur’an. Dalam Al Qur’an terjemahan mungkin ada kekeliruan atau pembelokan arti. Oleh karena itu, beriman kepada penerjemah Al Qur’an adalah tindakan yang keliru. Yang dapat kita lakukan hanya berusaha untuk mendapatkan Al Qur’an terjemahan yang terbaik sebagai bentuk usaha bagi orang tidak berbahasa arab untuk mendapatkan petunjuk-Nya. Ada baiknya energi untuk mempelajari kitab hadis dialihkan untuk menerjemahkan Al Qur’an sampai diperoleh pengertian seperti yang dimaksudkan Allah yang menciptakannya.

PENUTUP
Kita harus berhati-hati dalam beragama karena kita tidak boleh hanya mengikuti kebanyakan orang tanpa pengetahuan (17:36).

17:36. Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.

Oleh karena itu, marilah kita pelajari Al Qur’an yang dibawa Rasul Allah, kitab yang sempurna dalam kebenaran dan keadilan (6:115)!

6:115. Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Qur’an) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merobah robah kalimat-kalimat-Nya dan Dia lah yang Maha Mendenyar lagi Maha Mengetahui.

Dalam beragama kita hanya berpedoman pada Al Qur’an. Variasi dalam kehidupan beragama tidak bisa dihindari karena Al Qur’an memang memungkinkannya. Bisa terjadi, variasi itu dipengaruhi oleh kebudayaan atau oleh kitab tulisan manusia termasuk kitab hadis. Yang perlu diingat adalah bahwa semua yang kita lakukan adalah dalam rangka menjalankan petunjuk Allah dalam Al Qur’an. Yang kita lakukan tidak boleh menyimpang dari semua ajaran Allah dalam Al Qur’an. Semua harus menerima perbedaan cara beragama yang tidak bisa dihindari dan kita senantiasa berpegang pada satu kitab yaitu Al Qur’an.

Oleh karena referensi yang digunakan adalah Al Qur’an terjemahan, kebenaran isi makalah ini sangat bergantung pada kebenaran terjemahan itu sendiri. Penulis hanya memaparkan pendapat sebagai usaha untuk saling nasehat-menasehati agar kita tetap berada dalam kebenaran (103:3) dan supaya termasuk orang-orang yang beruntung (3:104)

103:3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

3:104. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. 




ARTIKEL yang berkaitan dengan makalah ini adalah AL QUR'AN SEBAGAI SATU-SATUNYA PEDOMAN DALAM AGAMA ISLAM. Terima kasih.

[Continue reading...]
 
Copyright © . pepaya boyolali - Posts · Comments
Theme Template by pepaya-boyolali · Powered by Blogger